Sawi atau Caisin (Brassica sinensis L.) termasuk famili
Brassicaceae, daunnya panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak
berkrop. Sawi mengandung pro vitamin A dan asam askorbat yang
tinggi. Tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun
berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah
sampai dataran tinggi, tetapi pertumbuhan dan produksi sawi yang
ditanam lebih baik di dataran tinggi. Biasanya dibudidayakan di
daerah ketinggian 100 - 500 m dpl, dengan kondisi tanah gembur,
banyak mengandung humus, subur dan drainase baik. Tanaman
sawi terdiri dari dua jenis yaitu sawi putih dan sawi hijau.
Benih
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
usaha tani karena benih yang baik akan menghasilkan pertumbuhan
tanaman yang bagus. Kebutuhan benih 650 gr/ha, bila benih hasil
pananaman sendiri maka tanaman yang akan diambil sebagai benih
harus berumur di atas 70 hari dan penggunaan benih tidak lebih dari
3 tahun.
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
usaha tani karena benih yang baik akan menghasilkan pertumbuhan
tanaman yang bagus. Kebutuhan benih 650 gr/ha, bila benih hasil
pananaman sendiri maka tanaman yang akan diambil sebagai benih
harus berumur di atas 70 hari dan penggunaan benih tidak lebih dari
3 tahun.
Persemaian/Pembibitan
Sebelum benih disebar, direndam dengan larutan Previcur N
dengan konsentrasi 0,1 % selama + 2 jam. Selanjutnya benih
disebar merata pada bedengan persemaian, dengan media semai
setebal + 7 cm dan disiram. Media semai dibuat dari pupuk organik
dan tanah yang telah dihaluskan dengan perbandingan 1 : 1. Benih
yang telah disebar ditutup dengan media semai, selanjutnya ditutup
dengan alang-alang atau jerami kering selama 2-3 hari. Bedengan
persemaian tersebut sebaiknya diberi naungan.
Sebelum benih disebar, direndam dengan larutan Previcur N
dengan konsentrasi 0,1 % selama + 2 jam. Selanjutnya benih
disebar merata pada bedengan persemaian, dengan media semai
setebal + 7 cm dan disiram. Media semai dibuat dari pupuk organik
dan tanah yang telah dihaluskan dengan perbandingan 1 : 1. Benih
yang telah disebar ditutup dengan media semai, selanjutnya ditutup
dengan alang-alang atau jerami kering selama 2-3 hari. Bedengan
persemaian tersebut sebaiknya diberi naungan.
Persiapan Lahan
Lahan terlebih dahulu diolah dengan cangkul sedalam 20-30
cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan dengan arah
membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh.
Bedengan sebaiknya dibuat dengan ukuran lebar 100-120 cm, tinggi
30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30
cm. Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan
kapur kalsit atau dolomite 2-4 minggu sebelum tanam dengan dosis
1,5 t/ha.
Lahan terlebih dahulu diolah dengan cangkul sedalam 20-30
cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan dengan arah
membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh.
Bedengan sebaiknya dibuat dengan ukuran lebar 100-120 cm, tinggi
30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30
cm. Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan
kapur kalsit atau dolomite 2-4 minggu sebelum tanam dengan dosis
1,5 t/ha.
Pemupukan
Tiga hari sebelum tanam berikan pupuk organik (kotoran
ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 2-4 kg/m2
. Dua minggu
setelah tanam dilakukan pemupukan susulan Urea 150 kg/ha (15
gr/m2
). Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk
dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan di samping
barisan tanaman. Selanjutnya dapat ditambahkan pupuk cair 3
liter/ha (0,3 ml/m2
) pada umur 10 dan 20 hari setelah tanam.
Penanaman
Bibit umur 2-3 minggu setelah semai atau telah berdaun 3-4
helai, dipindahkan pada lubang tanam yang telah disediakan dengan
jarak tanam 20x20 cm atau sistem baris dengan jarak 15x10-15 cm.
Jika ada yang tidak tumbuh lakukan penyulaman, yaitu tindakan
penggantian tanaman dengan tanaman baru.
Tiga hari sebelum tanam berikan pupuk organik (kotoran
ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 2-4 kg/m2
. Dua minggu
setelah tanam dilakukan pemupukan susulan Urea 150 kg/ha (15
gr/m2
). Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk
dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan di samping
barisan tanaman. Selanjutnya dapat ditambahkan pupuk cair 3
liter/ha (0,3 ml/m2
) pada umur 10 dan 20 hari setelah tanam.
Penanaman
Bibit umur 2-3 minggu setelah semai atau telah berdaun 3-4
helai, dipindahkan pada lubang tanam yang telah disediakan dengan
jarak tanam 20x20 cm atau sistem baris dengan jarak 15x10-15 cm.
Jika ada yang tidak tumbuh lakukan penyulaman, yaitu tindakan
penggantian tanaman dengan tanaman baru.
Pemeliharaan
Pada musim kemarau atau di lahan kurang air perlu
penyiraman tanaman. Penyiraman ini dilakukan dari awal sampai
panen. Penyiangan dilakukan 2 kali atau disesuaikan dengan
kondisi gulma, bila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan
bersamaan dengan penyiangan.
Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT)
Untuk mencegah hama dan penyakit yang perlu diperhatikan
adalah sanitasi dan drainase lahan. OPT utama adalah ulat daun
kubis (Plutella xylostella). Pengendalian dapat dilakukan dengan
cara pemanfaatan Diadegma semiclausuma sebagai parasitoid
hama Plutella xylostella. Jika terpaksa menggunakan pestisida,
gunakan pestisida yang aman dan mudah terurai seperti pestisida
biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan
pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan
jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu
aplikasinya.
Pada musim kemarau atau di lahan kurang air perlu
penyiraman tanaman. Penyiraman ini dilakukan dari awal sampai
panen. Penyiangan dilakukan 2 kali atau disesuaikan dengan
kondisi gulma, bila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan
bersamaan dengan penyiangan.
Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT)
Untuk mencegah hama dan penyakit yang perlu diperhatikan
adalah sanitasi dan drainase lahan. OPT utama adalah ulat daun
kubis (Plutella xylostella). Pengendalian dapat dilakukan dengan
cara pemanfaatan Diadegma semiclausuma sebagai parasitoid
hama Plutella xylostella. Jika terpaksa menggunakan pestisida,
gunakan pestisida yang aman dan mudah terurai seperti pestisida
biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan
pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan
jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu
aplikasinya.
Panen
Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu 1) mencabut
seluruh tanaman beserta akarnya, 2) memotong bagian pangkal
batang yang berada di atas tanah. Umur panen sawi + 40 hari
setelah tanam, sebaiknya terlebih dahulu dilihat fisik tanaman seperti
warna, bentuk dan ukuran daun.
Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu 1) mencabut
seluruh tanaman beserta akarnya, 2) memotong bagian pangkal
batang yang berada di atas tanah. Umur panen sawi + 40 hari
setelah tanam, sebaiknya terlebih dahulu dilihat fisik tanaman seperti
warna, bentuk dan ukuran daun.
Pasca Panen
Tanaman yang baru dipanen, ditempatkan di tempat yang
teduh agar tidak cepat layu dengan cara diperciki air. Selanjutnya
lakukan sortasi untuk memisahkan bagian tanaman yang tua, busuk
atau sakit. Penyimpanan bisa menggunakan wadah berupa
keranjang bambu,plastik atau karton yang berlubang-lubang untuk
menjaga sirkulasi udara.
Tanaman yang baru dipanen, ditempatkan di tempat yang
teduh agar tidak cepat layu dengan cara diperciki air. Selanjutnya
lakukan sortasi untuk memisahkan bagian tanaman yang tua, busuk
atau sakit. Penyimpanan bisa menggunakan wadah berupa
keranjang bambu,plastik atau karton yang berlubang-lubang untuk
menjaga sirkulasi udara.
Demikian sekilas mengenai bagaimana cara budidaya bawang Sawi Hijau menurut biksen akuaponik terimakasih sudah berkunjung ke biksen akuaponik jangan lupa follow biksen akuaponik yaa.
Salam sehat untuk kita semua
Assalamualaikum wr wb
Assalamualaikum wr wb
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.