Bawang putih (Allium sativum L.) dikenal sebagai salah satu tanaman hortikultura yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bumbu masak dan obat-obatan oleh masyarakat Indonesia. Rata-rata konsumsi bawang putih mengalami peningkatan sebesar 4,2% tiap tahun dalam periode 2002-2017 (Kementrian Pertanian 2016). Permintaan ini diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya penduduk Indonesia, oleh karena itu komoditas ini akan menjadi sumber pertumbuhan baru ekonomi dalam pembangunan pertanian. Untuk membudidayakan bawang putih sebenarnya tidak terlalu sulit cara pengolahannya hampir sama seperti bawang merah. Tanaman bawang putih dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Namun, idealnya tanah yang cocok yaitu tipe tanah yang bertekstur lempung berpasir dengan struktur tanah gembur dengan kisaran pH 5,5 – 7,0.
Keberhasilan dalam usaha tani bawang putih sangat ditunjang oleh faktor bibit, agar menghasilkan kualitas terbaik tergantung dari mutu bibit yang digunakan. Umbi yang digunakan sebagai bibit harus bermutu tinggi maksudnya adalah yaitu tanaman yang pertumbuhannya normal, sehat, serta bebas dari hama dan patogen. Mutu bibit atau benih bawang putih yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Bibit harus bebas dari hama dan penyakit
Pangkal batang berisi penuh dan keras
Siung besar
Besar siung untuk bibit 1,5 sampai 3 gram
Benih bawang putih berasal dari pembiakan generatif dengan umbinya.
Untuk melindungi bibit atau benih dari hama, sebaiknya bibit diberi perlakuan benih misalnya dengan menggunakan pestisida berbahan aktif tiameloksam.
Sebelum dilakukan penanaman, diawali dengan adanya pengolahan lahan. Apabila pH tanah kurang dari 6 dosis kapurnya sekitar 1 sampai 2 ton/ha. Bila bekas panen pada sawah masih ada, maka perlu untuk dibersihkan. Lalu, dilakukan pembuatan bedengan biasanya memiliki ukuran lebar 60 – 150 cm dan tinggi 20 – 50 cm . Sedangkan, untuk panjang disesuaikan dengan situasi kondisi lahan. Jarak antar bedengan berkisar antara 10 sampai 20 cm, nantinya ini akan berguna untuk saluran air. Apabila lahan yang hendak ditanami bukan bekas sawah, tanah harus dibajak atau dicangkul sampai benar – benar gembur. Tanpa tanah yang gembur umbi akan sulit untuk berkembang. Setelah tanah gembur, dilanjutkan dengan ukuran siung benih yang digunakan. Siung besar membutuhkan jarak tanam yang renggang sekitar 15 × 10 cm. Untuk pembibitan sebaiknya digunakan jarak tanam 10 × 10 cm. Posisi siung saat ditanam harus tegak dengan kedalaman 5 sampai 7 cm dari permukaan tanah.
Budidaya bawang putih menggunakan mulsa plastik memiliki keunggulan karena mulsa plastik ini berguna untuk menghambat tumbuhnya gulma, melindungi tanah dari erosi, menjaga struktur tanah agar tetap baik serta menjaga kelembaban tanah. Mulsa plastik ini termasuk jenis mulsa anorganik karena terbuat dari bahan polietilena berdensitas rendah yang dihasilkan melalui proses polimerisasi etilen di bawah tekanan tinggi. Pemasangan mulsa plastik tidak dianjurkan pada musim kemarau karena mulsa tersebut terlalu menyerap cahaya matahari dan sedikit memantulkan cahaya sehingga meningkatkan temperatur tanah (zona perakaran) akibatnya pertumbuhan dan perkembangn tanaman bawang putih menjadi terhambat.
Selanjutnya, hal yang perlu diperhatikan adalah pemeliharaan yang terdiri atas penyiangan gulma, pemupukan dan pengairan.
Penyiangan dilakukan dengan membersihkan areal pertanaman dari gulma yang tumbuh.
Lahan yang seluas satu hektare membutuhkan pupuk kandang sebanyak 10 sampai 20 ton. Pemberiannya cukup dengan mencampurkan merata pada bedengan – bedengan. Pemberian pupuk kandang sebaiknya dilakukan saat pengolahan tanah atau sebelum tanam. Tambahan juga untuk pupuk kimia seperti Urea, TSP, dan ZK 200 kg per hektare. Pemberian pupuk ini dikerjakan secara bertahap, yaitu saat tanaman berumur 15, 30, dan 40 hari.
Pada fase awal pertumbuhan tanaman bawang putih memerlukan ketersediaan air yang cukup, penyiraman atau pengairan sebaiknya dilakukan 2-3 hari sekali, sedangkan didataran tinggi pengairan diberikan sampai dengn 3 kali setiap minggu. Sedangkan pada masa pembentukan tunas sampai pembentukan umbi pengairan dilakukan 7-15 hari sekali, dan pengairan baru diberhentikan pada saat pembentukan umbi maksimal atau 10 hari sebelum panen.
Bawang putih yang ditanam sekitar bulan Mei sampai Juli, Agustus sampai Oktober sudah bisa dipanen. Panen dilakukan saat tanaman berumur 90 sampai 120 hari dari saat tanam. Adapun ciri – ciri tanaman bawang putih siap dipanen saat terlihat pada daunnya menguning atau kering serta tangkai batang mengeras. Jika ciri – ciri ini terlihat sudah 50% dari total tanaman, pemanenan bisa dilakukan dengan cara mencabut semua bagian tanaman.
Demikian sekilas mengenai bagaimana cara budidaya bawang putih menurut biksen akuaponik terimakasih sudah berkunjung ke biksen akuaponik jangan lupa follow biksen akuaponik yaa.
Assalamualaikum wr wb
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.