Cara Budidaya Tanaman Sagu

Assalamualaikum wr.wb
Salam Sehat Untuk kita semua,

Sebelum membahas mengenai Cara Budidaya Tanaman Sagu! Tahukan anda mengenai tanaman sagu,
Hampir seluruh masyarakat Indonesia pastinya tahu jika sagu merupakan makanan pokok yang
banyak dikonsumsi oleh orang Maluku dan Papua. Selain berguna untuk makanan pokok,
sagu juga sering digunakan sebagai bahan penyedap makanan dan sebagai bahan gula cair.
Akan tetapi, meski tanaman sagu lebih banyak dikonsumsi oleh orang Maluku dan Papua,
sentra penanaman tanaman sagu juga bisa ditemukan di beberapa daerah misalnya di Kalimantan dan Sulawesi.
Tanaman sagu yang paling banyak ditanam dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia biasanya
yang berjenis Metroxylon spp. Jenis tersebut kebanyakan ditanam di daerah Riau dan Maluku.
Mengingat tanaman ini lebih banyak dibudidayakan di daerah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua,
maka akan lebih baik lagi jika tanaman ini bisa dibudidayakan secara luas di Indonesia.
Cara Budidaya Tanaman Sagu dibutuhkan teknik dan cara khusus agar tanaman ini bisa membuahkan budidaya yang berhasil.
Apalagi, tanaman sagu ini juga dalam hal pertumbuhannya tidak sama dengan tanaman lain.

Cara Budidaya Tanaman Sagu

Cara budidaya tanaman sagu yang baik pastinya harus menyesuaikan tanaman jenis tanah ataupun kondisi lingkungan di sekitar tempat penanaman.

Umumnya, tanaman sagu tergolong sebagai tanaman yang hidup di daerah rawa berair tawar di sekitara sungai.
Dengan ekosistemnya yang seperti ini, tidak mustahil jika tanaman ini memang membutuhkan konsumsi air yang banyak.
Kemudian, tanaman sagu juga akan lebih bagus dalam pertumbuhannya bila tanah yang digunakan menanam adalah tanah yang mempunyai kandungan organik cukup tinggi.
Kandungan organik pada tanah ini biasanya berhubungan dengan fosfat, kalsium, magnesium, dan potasium.
Nah, untuk mengetahui lebih lanjut cara pembibitan dari tanaman sagu beserta proses budidayanya hingga panen, simak penjelasannya berikut :

A. Syarat Tumbuh

Jumlah curah hujan yang optimal bagi pertumbuhan sagu antara 2.000 – 4.000 mm/tahun,
yang tersebar merata sepanjang tahun. Sagu dapat tumbuh sampai pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut (dpl),
namun produksi sagu terbaik ditemukan sampai ketinggian 400 m dpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan sagu berkisar antara 24,50 – 29oC dan suhu minimal 15oC,
dengan kelembaban nisbi 90%. Sagu dapat tumbuh baik di daerah 100 LS - 150 LU dan 90 – 180 darajat BT, yang menerima energi cahaya matahari sepanjang tahun.
Sagu dapat ditanam di daerah dengan kelembaban nisbi udara 40%. Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhannya adalah 60%.
Tanaman sagu membutuhkan air yang cukup, namun penggenangan permanen dapat mengganggu pertumbuhan sagu.
Sagu tumbuh di daerah rawa yang berair tawar atau daerah rawa yang bergambut dan di daerah sepanjang aliran sungai,
sekitar sumber air, atau di hutan rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi dan tanah mineral di rawa-rawa air tawar
dengan kandungan tanah liat > 70% dan bahan organik 30%. Pertumbuhan sagu yang paling baik adalah pada tanah liat kuning coklat
atau hitam dengan kadar bahan organik tinggi. Sagu dapat tumbuh pada tanah vulkanik, latosol, andosol, podsolik merah kuning, alluvial,
hidromorfik kelabu dan tipe-tipe tanah lainnya. Sagu mampu tumbuh pada lahan yang memiliki keasaman tinggi. Pertumbuhan yang paling baik
terjadi pada tanah yang kadar bahan organiknya tinggi dan bereaksi sedikit asam pH 5,5 – 6,5.

B. Perbanyakan tanaman sagu

Teknologi perbanyakan tanaman sagu dapat dilakuan dengan metode generatif dan vegetatif. Secara generatif yaitu dengan menggunakan biji yang berasal dari buah yang sudah tua dan rontok dari pohonnya. Biji yang digunakan  adalah biji yang berasal dari pohon induk yang baik, yang subur dan produksinya tinggi.
Perbanyakan tanaman sagu secara vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan bibit berupa anakan yang melekat pada pangkal batang induknya yang disebut dangkel atau abut (jangan yang berasal dari stolon).

C. Persemaian dan Pembibitan

a) Persyaratan Benih atau Bibit
    Syarat bibit untuk pembibitan cara generatif adalah biji yang digunakan sudah tua, tidak cacat fisik,       besarnya rata-rata dan bertunas. Syarat bibit untuk pembibitan cara vegetatif adalah berasal dari tunas     atau anakan yang umurnya kurang dari 1 tahun, dengan diameter 10-13 cm dan berat 2-3 kg. Tinggi       anakan +1 meter dan punya pucuk daun 3-4 lembar.
b) Penyiapan Benih atau Bibit
b1).   Cara generatif
   Biji yang digunakan berasal dari buah yang sudah tua dan jatuh/rontok dari pohon induk yang baik,      yaitu subur dan produksinya tinggi, tumbuh pada lahan yang wajar serta produksi klon rata-rata              tinggi. Biji/buah yang diambil tersebut adalah buah yang tidak cacat fisik,
b2).   Cara Vegetatif
   Pembiakan secara vegatatif dapat dilakukan dengan menggunakan bibit berupa anakan yang melekat    pada pangkal batang induknya. Adapun cara pengadaan adalah sebagai berikut :
   Pengambilan dengkel dipilih yang terletak di permukaan atas.
   Pemotongan dilakukan di sisi kiri dan kanan sedalam 30 cm, tanpa membuang akar serabutnya.
   Dangkel yang telah dipotong, dibersihkan dari daun-daun dan ditempatkan pada tempat  yang                mendapat cahaya matahari langsung dengan bagian permukaan belahan tepat pada tempat di mana          cahaya matahari jatuh, selama 1 jam.
   Luka bekas irisan dangkel yang msih tertanam segera dilumuri dengan zat penutup luka (seperti : TB-    1982 atau Acid Free Coalteer) untuk mencegah hama dan penyakit.
   Bibit sagu direndam dalam air aerobic selama 3-4 minggu. Setelah itu bibit ditanam.
   Penyiapan dangkel sebaiknya dilakukan pada waktu menjelang sore hari, kemudian pada sore hari        dangkel dikumpulkan dan pada waktu malam hari diangkut ke lahan, untuk menghindari kerusakan        dangkel oleh cahaya matahari.

D. Teknik Penyemaian Benih

a) Cara Generatif :     
Secara generatif penyemaian benih tanaman sagu dapat dilakukan dengan cara perkecambahan tidak langsung, penyiapan media, penataan bibit dan pembibitan, sebagai berikut.
Perkecambahan tak langsung
Penyiapan media : Wadah atau bak dari bata atau bambu berukuran tinggi 30-40 cm, panjang tidak lebih dari 2 meter dan lebar 1,2 – 1,5 cm. Selanjutnya sepertiga bagian bawah diisi pasir dan atasnya serbuk gergaji basah.
Penataan Bibit : bibit ditata dengan jarak 10 x 10 cm; 10 x 15 cm; atau 15 x 15 cm dengan posisi miring atau tegak, bagian lembaga diletakkan di bawah, ¾ bagian bibit  ditekan dalam serbuk gergaji. Kelembaban media dijaga antara 80-90%. Setelah umur 1-2 bulan dan sudah berdaun 2-3 lembar, bibit dipindah ke bedeng pembibitan.
Pembibitan (Perkecambahan  tak langsung di media pembibitan)
Penyiapan media : Tanah diolah sedalam 45-60 cm, digemburkan dan ditambah pupuk dasar. Ukuran bedeng tinggi 30 cm; lebar 1,25 m; dan panjang +8-10 dengan jarak antar bedengan 30-50 cm.
Pengaturan pembibitan tanpa penjarangan : Bibit ditanam dengan jarak 25 x 25cm sampai dengan 40 x 40 cm. Pengaturan pembibitan dengan penjarangan : Pada mulanya bibit ditanam dengan jarak rapat, yaitu 12,5 x 12,5 cm; 15 x 15 cm; atau 20 x 20 cm.

E. Pemeliharaan Penyemaian 

Cara generatif dengan penjarangan :
Dilakukan setelah satu bulan, yaitu menjadi 25 x 25 cm; atau 40 x 40 cm.
Selama masa penyemaian kelembaban dipertahankan 80 – 90 %
Diberi naungan agar tidak kena cahaya matahari langsung.
Peyiraman dilakukan setiap saat.

F. Pemindahan Bibit

a). Cara generatif :
Bibit yang berumur 6 -12 bulan dapat dipindahkan atau ditanam. Cara pengangkatannya ke kebun atau tempat penanaman mudah dan murah.
b). Cara Vegetatif
Setelah diambil dapat langsung ditanam.

G. Pengolahan Media Tanam

Persiapan
Lahan dipilih yang sesuai dengan ketentuan. Menurut kebiasaan petani sagu Riau dan Maluku, penanaman sagu dilakukan pada awal musim hujan.
Pembukaan Lahan
Lahan dibersihkan dari semua vegetasi di bawah diameter 30 cm dekat permukaan tanah dan semua pohon yang tinggal. Vegetasi bawah dan ranting – ranting kecil tersebut dibakar dan abunya untuk pupuk. Pokok – pokok batang yang besar, yang sulit penggaliannya dapat ditinggalkan begitu saja di lahan, kecuali pokok – pokok yang berada pada calon baris tanaman harus dibersihkan.
Pembentukan bedengan
Dilakukan untuk penanaman dengan cara blok (biasanya dilakukan perusahaan perkebunan sagu). Adapun tata cara pembangunan blok adalah:
a) Ukuran blok 400 x 400 m, jadi satu blok luasnya 16 ha. Biasanya di tengah – tengah blok                       dibangun kanal tersier.
b) Kanal yang harus dibangun ada 3 macam, yaitu : kanal utama, kanal sekunder, dan kanal tersier.
c) Kanal utama adalah kanal yang digali tegak lurus terhadap sungai, dibangun di setiap dua blok               kebun sagu, jaraknya dari kanal utama satu dengan yang lain adalah 800 m. Fungsinya sebagai               pengaliran air dari sungai ke dalam blok – blok sagu, dan sebagai jalur transportasi utama dari kebun     ke sungai dan sebaliknya, serta untuk penyanggah pengaruh air pasang. Kanal utama ini lebarnya 2,5     m. 
d) Kanal sekunder adalah kanal yang digali tegak lurus terhadap kanal utama (melintang pada blok dan       kanal utama). Kanal ini berfungsi sebagai pembatas antara empat blok sagu disebelahnya; sebagai           jalur transportasi sagu dari kebun dan atau kanal tersier ke kanal utama. Lebar kanal sekunder adalah     2 m.
e) Kanal tersier adalah kanal yang digali pada pertengahan blok atau di antara dua blok atau melintangi     di antara blok – blok yang saling berseberangan dan sebagai jalur transportasi dari kebun sagu bagian     dalam, ke sungai atau kanal utama, atau ke kanal sekunder atau juga ke kanal tersier melintang dan         sebaliknya. Lebar kanal tersier adalah 1,5 m.
f) Saluran drainase lebarnya 0,75 – 1,00 m.
g) Lain - lain
    Menentukan sistem dan alat transportasi, karena lahan penanaman sagu didominasi oleh lahan yang       berupa rawa dan lahan pantai yang sering dipengaruhi pasang surut. Lahan sebagian merupakan             daerah berair, maka infrastruktur harus terdiri atas sistem kanal sebagai pengganti jalan darat.

H. Penanaman dan Penyulaman

Penentuan Pola tanam
      Penanaman dengan sistem blok adalah jarak tanam atau jarak lubang antar bervariasi antara 8-10 meter, sehingga satu hektar hanya menampung + 150 buah. Jarak tanam yang dianggap ideal adalah :
Sagu Tuni 8 x 8 atau 9 x 9 m, hubungan segitiga sama sisi, sehingga 1 hektar akan memuat 143 tanaman.
Sagu Ihur 9 x 9 m, hubungan segitiga sama sisi, sehingga 1 hektar akan memuat 143 tanaman.
Sagu Molat 7 x 7, hubungan segi empat, sehingga 1 hektar akan memuat 2043 tanaman
Jika ketiga varietas ditanam secara bersama – sama, maka ditanam secara terpisah menurut blok.
Pembuatan Lubang tanam
      Lubang tanam digali sebulan/selambat-lambatnya 1 minggu sebelum penanaman dengan ukuran lubang 30x30x30 cm. Hasil galian tanah bagian atas dipisahkan dari tanah lapisan bawah dan dibiarkan beberapa hari. Pada lubang tanaman itu ditempatkan pancang – pancang bambu, tiap lubang 2 pacang.
Cara Penanaman
      Cara penanaman dilakukan dengan membenamkan dangkel ke dalam lubang tanaman. Bagian pangkal dangkel ditutup dengan tanah remah bercampur gambut. Tanah penutup jangan ditekan tapi dangkel jangan sampai bergerak. Tanah lapisan atas dimasukkan sampai separuh lubang apabila mungkin di campur puing – puing. Akar – akar dibenamkan pada tanah penutup lubang dan pangkalnya agak ditekan sedikit ke dalam tanah.

I. Penyiangan (pengendalian gulma)

           Penyiangan dilakukan terhadap gulma dan dilakukan pada sagu muda (3 – 4 tahun), sebab rawan terhadap serangan hama. Gulma juga akan memperbesar peluang kebun dilanda kebakaran. Proses penyiangan dapat dilakukan dengan menggunakan tangan, sabit, parang, cangkul dan sebagainya. Hasil dari penyiangan dipendam/dikomposkan. Bila gulma mengandung hama/vektor dan kayu, dibakar dan abunya dijadikan pupuk.

J. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pada tanaman sagu terdapat hama dan penyakit yang dapat mengurangi hasil panen. Beberapa jenis hama dan penyakit adalah sebagai berikut.
Hama :
a. Kumbang (Oryctes rhinoceros sp.)
Gejala dari serangan hama ini adalah terdapat lubang pada pucuk daun bekas gerekan kumbang, setelah berkembang tampak terpotong seperti di gunting dalam bentuk segitiga. Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis dan bilogis. Pengendalian secara mekanis adalah dengan cara pohon – pohon sagu yang mendapat serangan ditebang dan dibakar. Pengendalian secara biologis dapat dengan menggunakan musuh alami.
         b. Kumbang sagu (Rhynchophorussp)
Ciri dari serangan hama ini adalah, serangan sekunder setelah kumbang oryctes biasanya meletakkan telur di luka bekas oryctes. Bila serangan terjadi pada titik tumbuh dapat menyebabkan kematian pohon.  Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mekanik dan biologis.
        c. Ulat daun Artona (Artona catoxantha, Hamps. Atau Brachartona catoxantha)
Ulat daun selain merusak daun pada sagu, juga menyerang pada daging buah, ulat daun ini menyerang jaringan dalam daun. Pengendalian pada ulat daun dapat dilakukan secara mekanik dan biologis.
       d. Babi hutan
Binatang ini merusak sagu tingkat semai dan sapihan (umur 1-3 tahun), memakan umbut (pucuk batang yang masih muda). Pengendalian hama binatang ini adalah dengan cara memburu dan membunuhnya agar populasi terkendali.
      e. Kera (Macaca irus)
Binatang ini mempunyai potensi untuk merusak bagian  sagu muda dan selalu merusak lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Pengendalian untuk binatang ini sama dengan  pengendalian binatang babi hutan.
Penyakit :
Penyakit yang biasanya terdapat pada tanaman sagu adalah bercak kuning yang disebabkan oleh cendawan Cercospora. Gejala dari penyakit ini adalah daun berbercak – bercak coklat.

K. Pemupukan

           Unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman sagu, antara lain kalsium, kalium dan magnesium. Pada hutan sagu liar, pemeliharaan tanaman berupa pemupukan jarang dilakukan. Berbeda dengan hutan budidaya sagu yang mengejar produktivitas yang optimal, maka akan dilakukan pemupukan. Beberapa jenis pupuk dan dosis pemupukan disajikan pada Tabel 65.
           Pemupukan dilakukan dengan membenamkan pupuk dalam tanah, agar tidak terbawa air sebelum terabsorbsi oleh akar tanaman lahan yang berada di daerah rawa/dataran rendah dan pasang surut yang sering yang terjadi luapan air. Pemupukan dilaksanakan secara melingkar di sekeliling rumpun atau secara lokal di daun sisi rumpun pada jarak sejauh pertengahan antara ujung tajuk dengan pohon/rumpun sagu. Waktu pemupukan untuk tanaman sagu muda adalah sampai 1 tahun menjelang panen, pemupukan dilakukan 1-2 kali setahun. Pemupukan sekali setahun, dilakukan pada awal musim hujan. Sedangkan untuk pemupukan dua kali setahun dilakukan pada awal dan akhir musim hujan, masing – masing dengan ½ dosis.

L. Panen

Ciri dan umur panen
         Panen dapat dilakukan umur 6 -7 tahun, atau bila ujung batang mulai membengkak disusul keluarnya selubung bunga dan pelepah daun berwarna putih terutama pada bagian luarnya. Tinggi pohon 10 – 15 m, diameter 60 – 70 cm, tebal kulit luar 10 cm, dan tebal batang yang mengandung sagu 50 – 60 cm. Ciri pohon sagu siap panen pada umumnya dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada daun, duri, pucuk dan batang. Cara penentuan pohon sagu yang siap panen di Maluku adalah sebagai berikut :
Tingkat Wela/putus duri, yaitu suatu fase dimana sebagian duri pada pelepah daun telah lenyap. Kematangannya belum sempurna dan kandungan acinya masih rendah, tetapi dalam keadaan terpaksa pohon ini dapat di panen.
Tingkat Maputih, ditandai dengan menguningnya pelepah daun, duri yang terdapat pada pelepah daun hampir seluruhnya lenyap, kecuali pada bagian pangkal pelepah masih tertinggal sedikit. Daun muda yang terbentuk ukurannya semakin pandek dan kecil. Pada tingkat ini sagu jenis Metroxylon rumphii Martiussudah siap dipanen, karena kandungan acinya sangat tinggi.
Tingkat Maputih masa/masa jantung, yaitu fase dimana semua pelepah daun telah menguning dan kuncup bunga mulai muncul. Kandungan acinya telah padat mulai dari pangkal batang sampai ujung batang merupakan fase yang tepat untuk panen sagu ihur (Metroxylon sylvester Martius)
Tingkat siri buah, merupakan tingkat kematangan terakhir, di mana kuncup bunga sagu telah mekar dan bercabang menyerupai tanduk rusa dan buahnya mulai terbentuk. Fase ini merupakan saat yang paling tepat untuk memanen sagu jenis Metroxylon longisipium Martius
Cara Panen
Langkah-langkah pemanenan sagu adalah sebagai berikut :
Pembersihan untuk membuat jalan masuk ke rumpun dan pembersihan batang yang akan di potong untuk memudahkan penebangan dan pengangkutan hasil tebangan.
Sagu dipotong sedekat mungkin dengan akarnya. Pemotongan menggunakan kampak/mesin pemotong (gergaji mesin).
Batang dibersihkan dari pelepah dan sebagian ujung batangnya karena acinya rendah, sehingga tinggal gelondongan batang sagu sepanjang 6 – 15 meter. Gelondongan dipotong – potong menjadi 1-2 meter untuk memudahkan pengangkutan. Berat 1 gelondongan adalah +120 kg dengan diameter 45 cm dan tebal kulit 3,1 cm.
Periode Panen dan Perkiraan Produksi
         Pemanenan kedua dilakukan dengan jangka waktu + 2 tahun. Perkiraan produksi hasil yang paling mendekati kenyataan pada kondisi liar dengan produksi 40 – 60 batang/ha/tahun, jumlah empulur 1 ton/batang, kandungan aci sagu 18,5 %, dapat diperkirakan hasil per hektar per tahun adalah 7 – 11 ton aci sagu kering. Secara teoritis, dari satu batang pohon sagu dapat dihasilkan 100 -600 Kg aci sagu kering. Rendemen total untuk pengolahan yang ideal adalah 15%.

Demikian  teman-teman penjelasan singkat mengenai bagaimana cara budidaya tanaman sagu, terimakasih sudah berkunjung ke https://biksenakuaponik.blogspot.com/ semoga bermanfaat yaa dan jangan lupa follow https://biksenakuaponik.blogspot.com/ . 

Salam Sehat untuk kita semua
Asslamualaikum Wr wb.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.