1. SEJARAH SINGKAT
Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan
iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat
ini.
2. JENIS TANAMAN
Menurut sistematika, tanaman apel
termasuk dalam:
1) Divisio : Spermatophyta
2) Subdivisio : Angiospermae
3) Klas : Dicotyledonae
4) Ordo : Rosales
5) Famili : Rosaceae
6) Genus : Malus
7) Spesies : Malus
sylvestris Mill
Dari spesies Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas yang
memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan
antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.
3. MANFAAT TANAMAN
Apel mengandung banyak vitamin C dan
B. Selain itu apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan
substitusi.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan
berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang
(Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel
telah diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain
itu daerah lain yang banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo,
Banyuwangi), Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan sentra penanaman dunia
berada di Eropa, Amerika, dan Australia.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Curah
hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150
hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan
kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga
gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.
2) Tanaman
apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya,
terutama pada saat pembungaan.
3) Suhu
yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.
4) Kelembaban
udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.
5.2. Media Tanam
1) Tanaman
apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan
organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan gembur, mempunyai aerasi,
penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan
hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.
2) Tanah
yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.
3) Derajat
keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air
tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.
4) Dalam
pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.
5) Kelerengan
yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih
memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah
baik pada ketinggian 700-1200 m dpl.
dengan ketinggian
optimal 1000-1200 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Perbanyakan tanaman apel dilakukan
secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah
perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan
sering menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya.
Teknik perbanyakan generatif
dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan okulasi
atau penempelan (budding), sambungan
(grafting) dan stek.
1) Persyaratan
Benih
Syarat batang bawah: merupakan apel
liar, perakaran luas dan kuat, bentuk pohon kokoh, mempunyai daya adaptasi
tinggi. Sedangkan syarat mata tunas adalah berasal dari batang tanaman apel
yang sehat dan memilki sifat-sifat unggul.
2) Penyiapan
Benih
Penyiapan benih dilakukan dengan
cara perbanyakan batang bawah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Anakan
/ siwilan
1. Ciri
anakan yang diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm dan kulitbatang
kecoklatan.
2. Anakan
diambil dari pangkal batang bawah tanaman produktif dengan caramenggali tanah
disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secara berlahan-lahan dan
hati-hati.
3. Setelah
anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang dipotong, laluditanam pada
bedengan selebar 60 cm dengan kedalaman parit 40 cm.
b) Rundukan
(layering)
1. Bibit
hasil rundukan dapat diperoleh dua cara yaitu:
- Anakan pohon induk apel liar: anakan
yang agak panjang direbahkan melekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu dan
ditimbun tanah; penimbunan dilakukan tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas
dapat dipisahkan dengan cara memotong cabangnya.
- Perundukan tempelan batang bawah:
dilakukan pada waktu tempelan dibuka (2 minggu) yaitu dengan memotong 2/3
bagian penampang batang bawah, sekitar 2 cm diatas tempelan; bagian atas
keratan dibenamkan dalam tanah kemudian ditekuk lagi keatas. Pada tekukan
diberi penjepit kayu atau bambu.
2. Setelah
rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibitdengan cara
memotong miring batang tersebut dibawah keratan atau tekukan. Bekas luka diolesi
defolatan.
c) Stek
Stek apel liar berukuran panjang
15-20 cm ( diameter seragam dan lurus), sebelum ditanam bagian bawah stek
dicelupkan ke larutan Roton F untuk
merangsang pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedengan ditanami
dua baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang ± 1 cm dan perakaran cukup cukup
kuat.
3) Teknik
Pembiitan
a) Penempelan
1. Pilih
batang bawah yang memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan,diameter batang ± 1 cm dan kulit batangnya mudah
dikelupas dari kayu.
2. Ambil
mata tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohonapel varietas
unggul yang telah terbukti keunggulannya. Caranya adalah dengan menyayat mata
tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm (Matanya ditengah-tengah). Kemudian
lapisan kayu dibuang dengan hati-hati agar matanya tidak rusak
3. Buat
lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi ± 20 cm dari pangkal batang
dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tempel. Lidah tersebut diungkit dari
kayunya dan dipotong setengahnya.
4. Masukkan
mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempeldengan baik. Ikat
tempelan dengan pita plastik putih pada seluruh bagian tempelan.
5. Setelah
2-3 minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan semprot/ kompresdengan ZPT.
Tempelan yang jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna hijau segar dan
melekat.
6. Pada
okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi denganposisi
milintang sedikit condong keatas sedalam 2/3 bagian penampang. Tujuannya untuk
mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu pertumbuhan mata tunas.
b) Penyambungan
1. Batang
atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).
2. Batang
bawah dipotong pada ketinggian ±
20 cm dari leher akar.
3. Potong
pucuknya dan belah bagian tengah batang bawah denngan panjang2-5 cm.
4. Cabang
entres dippotong sepanjang ±
15 cm (± 3 mata),
daunnya dibuang, lalu pangkal batang atas diiris berbentuk baji. Panjang irisan
sama dengan panjang belahan batang bawah.
5. Batang
atas disisipkan ke belahan batang bawah, sehingga kambiumkeduanya bisa bertemu.
6. Ikat
sambungan dengan tali plastik serapat mungkin.
7.
Kerudungi setiap sambungan dengan kantung
plastik. Setelah berumur 2-3 minggu, kerudung plastik dapat dibuka untuk
melihat keberhasilan sambungan.
4) Pemeliharaan
pembibitan
Pemeliharaan batang bawah meliputi
a) Pemupukan:
dilakukan 1-2 bulan sekali dengan urea dan TSP masing-masing 5gram per tanaman ditugalkan (disebar mengelilingi) di
sekitar tanaman.
b) Penyiangan:
waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma.
c) Pengairan:
satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)
d) Pemberantasan
hama dan penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali tiap bulandengan memperhatikan
gejala serangan. Fungisida yang digunakan adalah Antracol atau Dithane,
sedangkan insektisida adalah Supracide atau Decis.
Bersama dengan ini dapat pula
diberikan pupuk daun, ditambah perekat Agristic.
5) Pemindahan
Bibit
Bibit okulasi grafting (penempelan
dan sambungan) dapat dipindahkan ke lapang pada umur minimal 6 bulan setelah
okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm dan daunnya dirompes.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Persiapan yang diperlukan adalah
persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai. Tujuannya untuk mengetahui
jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga
kerja, bahan paralatan dan biaya yang diperlukan.
2) Pembukaan
Lahan
Tanah diolah dengan cara mencangkul
tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang masih tertinggal
3) Pembentukan
Bedengan
Pada tanaman apel bedeng hampir
tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alur penanaman.
4) Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menjaga
keseimbangan pH tanah. Pengapuran hanya dilakukan apabila ph tanah kurang dari
6.
5) Pemupukan
Pupuk yang diberikan pada pengolahan
lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kg per lubang tanam yang dicampur merata
dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Tanaman apel dapat ditanam secara
monokultur maupun intercroping. Intercroping hanya dapat dilakukan apabila
tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini,
setelah melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dapat
dilakukan dengan tanaman yang berhabitat rendah, seperti cabai, bawang dan
lain-lain.
Tanaman apel tidak dapat ditanam
pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun yang akan
menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara kurang, sinar matahari terhambat
dan meningkatkan pertumbuhan penyakit.
Jarak tanam yang ideal untuk tanaman
apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5
x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu
2-3 x 2.5-3 m.
2. Pembuatan
Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x
50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dan tanah bawah dipisahkan, masing-masing
dicampur pupuk kandang sekurangkurangnya 20 kg.
Setelah itu tanah dibiarkan selama ±
2 minggu, dan menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.
3. Cara
Penanaman
Penanaman apel dilakukan baik pada
musim penghujan atau kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada
musim hujan.
Cara penanaman bibit apel adalah
sebagai berikut:
a. Masukan
tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.
b. Masukan
bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.
c. Masukan
tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambahtanah galian
lubang.
d. Bila
semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dengantangan agar
bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin, bibit dapat ditahan pada
ajir dengan ikatan longgar.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1)
Penjarangan dan penyulaman
Penjarangan tanaman tidak dilakukan,
sedangkan penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau dimatikan kerena
tidak menghasilkan dengan cara menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama.
Penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.
2)
Penyiangan
Penyiangan dilakukan hanya bila
disekitar tanaman induk terdapat banyak gulma yang dianggap dapat mengganggu
tanaman. Pada kebun yang ditanami apel dengan jarak tanam yang rapat (± 3x3 m), peniangan hampir tidak
perlu dilakukan karena tajuk daun menutupi permukaan tanah sehingga
rumput-rumput tidak dapat tumbuh.
3)
Pembubunan
Penyiangan biasanya diikuti dengan
pembubunan tanah. Pembubunan dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah
disekitar tanaman agar tidak tergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan
biasanya dilakukan setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan.
4)
Perempalan/Pemangkasan
Bagian yang perlu dipangkas adalah
bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm, tunas yang tumbuh di bawah 60 cm,
tunas-tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4-6 mata dan bekas tangkai buah,
knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit dan tidak produkrif, cabang yang
menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun yang menutupi buah. Pemangkasan
dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat bentuk yang diinginkan(4-5 tahun).
5)
Pemupukan
a) Pada
musim hujan/tanah sawah
1.
Bersamaan rompes daun (< 3 minggu). NPK (15-15-15)
1-2 kg/pohon atau campuran Urea, TSP, KCl/ZK ±
3 kg/pohon (4:2:1).
2. Melihat
situasi buah, yaitu bila buah lebat (2,5-3 bulan setelah rompes. NPK
(15-15-15) 1 kg/pohon atau campuran Urea, TSP dan KCl/ZK ± 1 kg/pohon
(1:2:1)
b) Musim
kemarau/tanah tegal
1. Bersamaan
rompes tidak diberi pupuk (tidak ada air).
2. 2-3
bulan setelah rompes (ada hujan). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran
Urea, TSP, dan KCl/ZK ±
3 kg/pohon (4:2:1).
Cara pemupukan disebar di sekeliling
tanaman sedalam ±
20 cm sejauh lebar daun, lalu ditutup tanah dan diairi.
Untuk pupuk kandang cukup diberikan
sekali setahun (2 x panen) 1-2 pikul setiap pohon pada musim kemarau setelah
panen.
Untuk meningkatkan pertumbuhan perlu
diberikan pupuk daun dan ZPT pada 5-7 hari sampai menjelang bunga setelah
rompes (Gandasil B 1 gram/liter) + Atonik/Cepha 1 cc/liter diselingi dengan
Metalik-Multi Mikro dan 5-7 hari sekali sampai menjelang panen (2,5 bulan) dari
rompes Gandasil D (1 gram/liter).
Selain itu perlu digunakan zat
pengatur tumbuh Dormex sekali setahun setelah rompes (jangan sampai 10 hari
setelah rompes) sebanyak 2600 liter larutan dengan dosisi 3 liter/200 literair.
6) Pengairan
dan Penyiraman
Untuk pertumbuhannya, tanaman apel
memerlukan pengairan yang memadai sepanjang musim. Pada musim penghujan,
masalah kekurangan air tidak ditemui, tetapi harus diperhatikan jangan sampai
tanaman terendam air. Krena itu perlu drainase yang baik. Sedangkan pada musim
kemarau masalah kekurangan air harus diatasi dengan cara menyirami tanaman
sekurang-kurangnya 2 minggu sekali dengan cara dikocor.
7) Penyemprotan
Pestisida
Untuk pencegahan, penyemprotan
dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali
dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini
mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari.
Jenis dan dosis pestisida yang
digunakan dalam menanggulangi hama sangat beragam tergantung dengan hama yang
dikendalikan dan tingkat populasi hama tersebut, pengendalian secara lebih
terinci akan dijelaskan pada poin hama dan penyakit.
8) Pemeliharaan
Lain
a) Perompesan
Perompesan dilakukan untuk mematahkan
masa dorman didaerah sedang. Di darah tropis perompesan dilakukan untuk
menggantikan musim gugur di daerah iklim sedang baik secara manual oleh manusia
(dengan tangan) 10 hari setelah panen maupun dengan menyemprotkan bahan kimia
seperti Urea 10%+Ethrel 5000 ppm 1 minggu setelah panen 2 kali dengan selang
satu minggu).
b) Pelengkungan
cabang
Setelah dirompes dilakukan
pelengkungan cabang untuk meratakan tunas lateral dengan cara menarik ujung
cabang dengan tali dan diikatkan ke bawah. Tunas lateral yang rata akan memacu
pertumbuhan tunas yang berarti mamacu terbentuknya buah.
c) Penjarangan
buah
Penjarangan dilakukan untuk
meningkatkan kualitas buah yaitu besar seragam, kulit baik, dan sehat,
dilakukan dengan membuang buah yang tidak normal (terserang hama penyakit atau
kecil-kecil). Untuk memdapatkan buah yang baik satu tunas hendaknya berisi 3-5
buah.
d) Pembelongsongan
buah
Dilakukan 3 bulan sebelum panen
dengan menggunakan kertas minyak berwarna putih sampai
keabu-abuan/kecoklat-cokltan yang bawahnya berlubang. Tujuan buah terhindar
dari serangan burung dan kelelawar dan menjaga warna buah mulus.
e) Perbaikan
kualitas warna buah
Peningkatan warna buah dapat
dilakukan dengan bahan kimia Ethrel, Paklobutrazol, 2,4 D baik secara tunggal
maupun kombinasi.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Kutu
hijau (Aphis pomi Geer)
Ciri: kutu dewasa berwarna hijau
kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8 mm, ada yang bersayap ada pula
yang tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarna hitam; perkembangbiakan sangat cepat,
telur dapat menetas dalam 3-4 hari. Gejala: (1) nimfa maupun kutu dewasa
menyerang dengan mengisap cairan selsel daun secara berkelompok dipermukaan
daun muda, terutama ujung tunas muda, tangkai cabang, bunga, dan buah; (2) kutu
menghasilkan embun madu yang akan melapisi permukaan daun dan merangsang
tumbuhnya jamur hitam (embun jelaga); daun berubah bentuk, mengkerut, leriting,
terlambat berbunga, buah-buah muda gugur,jika tidak mutu buahpun jelek. Pengendalian:
(1) sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat); (2)
dengan musuh alami coccinellidae lycosa; (3) dengan penyemprotan
Supracide 40 EC (ba Metidation) dosis 2 cc/liter air atau 1-1,6 liter; (4)
Supracide 40 EC dalam 500-800 liter/ha air dengan interval penyemprotan 2
minggu sekali; (5) Convidor 200 SL (b.a. Imidakloprid) dosis 0,125-0,250
cc/liter air; (6) Convidor 200 SL dalam 600 liter/ha air dengan interval
penyemprotan 10 hari sekali (7) Convidor ini dapat mematikan sampai
telur-telurnya; cara penyemprotan dari atas ke bawah. Penyemprotan dilakukan
1-2 minggu sebelum pembungaan dan dilanjutkan 1-1,5 bulan setelah bunga mekar
sampai 15 hari sebelum panen.
2) Tungau,
Spinder mite, cambuk merah (panonychus
Ulmi)
Ciri: berwarna merah tua, dan panjang 0,6
mm. Gejala:
(1) tungau menyerang daun dengan menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada
serangan hebat menimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, dan mengering; (3)
pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat. Pengendalian: (1) dengan musah
alami coccinellidae dan lycosa; (2) penyemprotan Akarisida Omite
570 EC sebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dalam 500
liter air per hektar dengan interval 2 minggu.
3) Trips
Ciri:
berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuningkuningan;
dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat dan bila tersentuh akan
segera terbang menghindar. Gejala: (1) menjerang daun, kuncup/tunas,
dan buah yang masih sangat muda; (2) pada daun terlihat berbintikbintik putih,
kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal; (3) daun pada
ujung tunas mengering dan gugur (4) pada daun meninggalkan bekas luka berwarna
coklat abu-abu. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur
pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk terlalu rapat; (2)
penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Methomyl) dengan
dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid 550 EC (b.a. Fention) dengan dosis 2
cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan pembentukan buah.
4)
Ulat daun (Spodoptera litura)
Ciri: larva berwarna hijau dengan
garis-garis abu-abu memanjang dari abdomen sampai kepala.pada lateral larva
terdapat bercak hitam berbentuk lingkaran atau setengah lingkaran, meletakkan
telur secara berkelompok dan ditutupi dengan rambut halus berwarna coklat muda.
Gejala:
menyerang daun, mengakibatkan lubang-lubang tidak teratur hingga tulang-tulang
daun. Pengendalian:
(1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun; (2) penyemprotan
dengan penyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a Metamidofos) dan Nuvacron 20
SCW (b.a. Monocrotofos).
5) Serangga
penghisap daun (Helopelthis Sp)
Ciri: Helopelthis
Theivora dengan abdomen warna hitam dan merah, sedang HelopelthisAntonii dengan abdomen warna merah dan putih. Serabgga
berukuran kecil. Penjang nimfa yang baru menetas 1mm dan panjang serangga dewasa
6-8 mm. Pada bagian thoraknya terdapat benjolan yang menyerupai jarum. Gejala:
menyerang pada pagi, sore atau pada saat keadaan berawan; menyerang daun muda,
tunas dan buah buah dengan cara menhisap cairan sel; daun yang terserang
menjadi coklat dan perkembanganya tidak simetris; tunas yang terserang menjadi
coklat, kering dan akhirnya mati; serangan pada buah menyebabkan buah
menjadibercak-bercak coklat, nekrose, dan apabila buah membesar, bagian bercak
ini pecah yang menyebebkan kualitas buah menurun. Pengendalian: (1) secara
mekanis dengan cara pengerondongan atap plastik/pembelongsongan buah. (2)
Penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb
500 EC (b.a. BPMC), yang dilakukan pada sore atau pagi hari.
6) Ulat
daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)
Ciri: Larva mempunyai dua jambul dekat
kepala berwarna hitam yang mengarah kearah samping kepala. Pada bagian badan
terdapat empat jambul yang merupakan keumpulan seta berwarna coklat
kehitam-hitaman. Disepanjang kedua sisi tubuh terdapat rambut berwarna ab-abu.
Panjang larva 50 mm. Gejala: menyerang daun tua dan muda;
tanaman yang terserang tinggal tulang daundaunnya dengan kerusakan 30%; pada
siang hari larva bersembunyi di balik daun. Pengendalian: (1) secara
mekanis dengan membuang telur-telur yang biasanya diletakkan pada daun; (2)
penyemprotan insektisida seperti: Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos) dan
Matador 25 EC.
7)
Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)
Ciri: larva tidak berkaki, setelah menetas
dari telur (10 hari) dapat segera memakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki
kekuningan dan meletakkan telur pada buah. Gejala: bentuk buah menjadi jelek,
terlihat benjol-benjol. Pengendalian: (1) penyemprotan insektisida
kontak seperti Lebacyd 550 EC; (2) membuat perangkat lalat jantan dengan
menggunakan Methyl eugenol sebanyak 0,1 cc ditetesan pad kapas yang sudah
ditetesi insektisida 2 cc. Kapas tersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol
plastik (bekas air mineral) yang digantungkan ketinggian 2 meter. Karena aroma
yang mirip bau-bau yang dikeluarkan betina, maka jantan tertarik dan menhisap
kapas.
7.2. Penyakit
1) Penyakit
embun tepung (Powdery Mildew)
Penyebab: Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia imperfeknya adalah oidium
Sp. Gejala:
(1) pada daun atas tampak putih, tunas tidak normal, kerdil dan tidak berbuah;
(2) pada buah berwarna coklat, berkutil coklat. Pengendalian: (1) memotong
tunas atau bagian yang sakit dan dibakar; (2) dengan menyemprotka fungisida Nimrod
250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha) atau Afugan 300 EC 0,5-1 cc/liter
air (pencegahan) dan 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan sampai tunas berumur
4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.
2) Penyakit
bercak daun (Marssonina coronaria J.J.
Davis)
Gejala: pada daun umur 4-6 minggu setelah
perompesan terlihat bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas
timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian
gugur. Pengendalian:
(1) jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar;
(2) disemprot fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha
sejak 10 hari setelah rompes dengan interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi atau
Delseme MX 200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4 hari
setelah rompes dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.
3) Jamur
upas (Cortisium salmonicolor Berk et
Br)
Pengendalian: mengurangi kelembapan kebun,
menghilangkan bagian tanaman yang sakit.
4) Penyakit
kanker (Botryosphaeria Sp.)
Gejala: menyerang batang/cabang (busuk,
warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil
warna cokelat muda, busuk, mengelembung, berair dan warna buah pucat. Pengendalian:
(1) tidak memanen buah terlalu masak; (2) mengurangi kelembapan kebun; (3)
membuang bagian yang sakit; (4) pengerokkan batang yang sakit lalu diolesi
fungisida Difolatan 4 F 100 cc/10 liter air atau Copper sandoz; (5) disemprot
Benomyl 0,5 gram/liter air, Antracol 70 WP 2 gram/liter air.
5) Busuk
buah (Gloeosporium Sp.)
Gejala: bercak kecil cokelat dan
bintik-bintik hitam berubah menjadi orange. Pengendalian: tidak memetik
buah terlalu masak dan pencelupan dengan Benomyl 0,5 gram/liter air untuk
mencegah penyakit pada penyimpanan.
6)
Busuk akar (Armilliaria Melea)
Gejala: menjerang tanaman apel pada daerah
dingin basah, ditandai dengan layu daun, gugur, dan kulit akar membusuk. Pengendalian:
dengan eradifikasi, yaitu membongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta
akar-akarnya, bekas lubang tidak ditanami minimal 1 tahun.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umumnya buah apel dapat dipanen
pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim.
Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar,
Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar
100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih
panjang.
Pemanenan paling baik dilakukan pada
saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana
buah mempunyai kemampuan untuk menjadi masak
normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah
terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila
ditekan terasa kres.
8.2. Cara Panen
Pemetikan apel dilakukan dengan cara
memetik buah dengan tangan secara serempak untuk setiap kebun.
8.3. Periode Panen
Periode panen apel adalah enam bulan
sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan.
8.4. Prakiraan Produksi
Produksi buah apel sangat tergantung
dengan varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah dipetik, apel dikumpulkan
pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju
respirasi berkurang sehingga didapatkan apel yang tinggi kualitas dan
kuantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan jangan ditumpuk dan
dilempar-lempar, lalu dibawa dengan keranjang ke gudang untuk diseleksi.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran dilakukan untuk
memisahkan antara buah yang baik dan bebas penyakit dengan buah yang jelek atau
berpenyakit, agar penyakit tidak tertular keseluruh buah yang dipanen yang
dapat menurunkan mutu produk.
Penggolongan dilakukan untuk
mengklasifikasikan produk berdasarkan jenis varietas, ukuran dan kualitas buah.
9.3. Penyimpanan
Pada dasarnya apel dapat disimpan
lebih lama dibanding dengan buahan lain, misal Rome Beauty 21-28 hari (umur
petik 113-120 hari) atau 7-14 hari (umur petik 127141 hari). Untuk penyimpanan
lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu minus 6-0 derajat C dengan precooling 2,2 derajat C.
9.4. Pengemasan dan Transportasi
Kemasan yang digunakan adalah kardus
dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar dan diatas
susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai sejajar
panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-2 saling
menutup ruang antar buah.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.