1. SEJARAH
Duku (Lansium domesticum Corr) merupakan
tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Indonesia. Sekarang populasi duku
sudah tersebar secara luas di seluruh pelosok nusantara. Selain itu ada yang
menyebutkan duku berasal dari Asia Tenggara bagian Barat, Semenanjung Thailand
di sebelah Barat sampai Kalimantan di sebelah Timur. Jenis ini masih dijumpai
tumbuh liar/meliar kembali di wilayah tersebut dan merupakan salah satu
buah-buahan budidaya utama.
2. JENIS TANAMAN
Jenis duku yang
banyak ditanam di Indonesia adalah jenis duku unggul seperti duku komering,
duku metesih dan duku condet.
3. MANFAAT TANAMAN
Manfaat utama
tanaman duku sebagai makanan buah segar atau makanan olahan lainnya. Bagian
lain yang bermanfaat adalah kayunya yang berwarna coklat muda keras dan tahan
lama, digunakan untuk tiang rumah, gagang perabotan dan sebagainya. Kulit buah
dan bijinya dapat pula dimanfaatkan sebagai obat anti diare dan obat
menyembuhkan demam. Sedangkan kulit kayunya yang rasanya sepet digunakan untuk
mengobati disentri, sedangkan tepung kulit kayu digunakan untuk menyembuhkan
bekas gigitan kalajengking.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia duku
terutama ditanam di daerah Jawa (Surakarta), Sumatera (Komering, Sumatera
Selatan) dan Jakarta (Condet).
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1)
Angin tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan
dari tanaman duku tetapi tidak dapat tumbuh optimal di daerah yang kecepatan
anginnya tinggi.
2) Tanaman duku umumnya dapat tumbuh di daerah yang
curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun. Tanaman duku tumbuh secara
optimal di daerah dengan iklim basah sampai agak basah yang bercurah hujan
antara 1500-2500 mm/tahun.
3) Tanaman duku tumbuh optimal pada intensitas
cahaya matahari tinggi.
4)
Tanaman duku dapat tumbuh subur jika terletak di
suatu daerah dengan suhu rata-rata 19 derajat C.
5)
Kelembaban udara yang tinggi juga dapat
mempercepat pertumbuhan tanaman duku, sebaliknya jika kelembaban udara rendah
dapat menghambat pertumbuhan tanaman duku.
5.2. Media Tanam
1)
Tanaman duku dapat tumbuh baik sekali pada tanah
yang banyak mengandung bahan organik, subur dan mempunyai aerasi tanah yang
baik. Sebaliknya pada tanah yang agak sarang/tanah yang banyak mengandung
pasir, tanaman duku tidak akan berproduksi dengan baik apabila tidak disertai
dengan pengairan yang cukup.
2)
Derajat keasaman tanah (pH) yang baik untuk
tanaman duku adalah 6–7, walaupun tanaman duku relatif lebih toleran terhadap
keadaan tanah masam.
3)
Di daerah yang agak basah, tanaman duku akan
tumbuh dan berproduksi dengan baik asalkan keadaan keadaan air tanahnya kurang
dari 150 m di bawah permukaan tanah (air tanah tipe a dan tipe b). Tetapi
tanaman duku tidak menghendaki air tanah yang menggenang karena dapat
menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman.
4)
Tanaman duku lebih menyukai tempat yang agak
lereng karena tanaman duku tidak dapat tumbuh optimal pada kondisi air yang
tergenang. Sehingga jika tempatnya agak lereng, air hujan akan terus mengalir
dan tidak membentuk suatu genangan air.
5.3. Ketinggian Tempat
Umumnya tanaman
duku menghendaki lahan yang memiliki ketinggian tidak lebih dari 650 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1)
Persyaratan Benih
Kualitas bibit
tanaman duku yang akan ditanam sangat menentukan produksi duku. Oleh sebab itu
bibit duku harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Bebas dari hama
dan penyakit
b)
Bibit mempunyai sifat genjah
c)
Tingkat keseragaman penampakan fisik seperti
warna, bentuk dan ukuran lebihseragam dari bibit lain yang sejenis
d)
Bibit cepat tumbuh.
2)
Penyiapan Benih
Perbanyakan dan
penanaman duku umumnya masih diperbanyak dengan benih atau dari semai yang
tumbuh spontan di bawah pohonnya, kemudian dipelihara dalam pot sampai tinggi
hampir 1 meter dan sudah dapat ditanam di lapangan. Sehingga tingkat
keberhasilan perbanyakan generatif cukup tinggi walaupun memerlukan waktu yang
relatif lama. Daya perkecambahan dan daya tahan semai akan lebih baik sejalan
dengan ukuran benih dan hanya benih-benih yang berukuran besar yang hendaknya
digunakan dalam usaha pembibitan.
Pertumbuhan awal
semai itu lambat sekali, dengan pemilihan yang intensif diperlukan waktu 10–18
bulan agar batang duku berdiameter sebesar pensil, yaitu ukuran yang cocok
untuk usaha penyambungan atau penanaman di lapangan, tetapi di kebanyakan
pembibitan untuk sampai pada ukuran tersebut diperlukan waktu 2 kali lebih
lama. Perbanyakan dengan stek dimungkinkan dengan menggunakan kayu yang masih
hijau, namun memerlukan perawatan yang teliti. Terkadang cabang yang besar
dicangkok, sebab pohon ynag diperbanyak dengan cangkokan ini dapat berbuah
setelah beberapa tahun saja, tetapi kematian setelah cangkokan dipisahkan dari
pohon induknya cenderung tinggi presentasenya.
3)
Teknik Penyemaian Benih
Waktu penyemaian
benih sebaiknya pada musim hujan agar diperoleh keadaan yang selalu lembab dan
basah.
Cara pembuatan
media penyemaian dapat berupa tanah yang subur/campuran tanah dan pupuk organik
(pupuk kandang atau kompos) dengan perbandingan sama (1:1). Jika perlu media
tanam dapat ditambahkan sedikit pasir. Tempat persemaian bisa berupa bedengan,
keranjang/kantong plastik atau polybag. Tetapi sebaiknya tempat untuk
persemaian menggunakan kantong plastik agar mempermudah dalam proses pemindahan
bibit.
4)
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Bibit duku tidak
memerlukan perawatan khusus kecuali pemberian air yang cukup terutama pada
musim kemarau. Selama 2 atau 3 minggu sejak bibit duku ditanam perlu dilakukan
penyiraman dua kali setiap hari yaitu pagi dan sore hari, terutama pada saat
tidak turun hujan. Selanjutnya cukup disiram satu kali setiap hari. Kalau
pertumbuhannya sudah benar-benar kokoh, penyiraman cukup dilakukan penyiraman
secukupnya jika media penyemaian kering.
Penyulaman pada
bibit diperlukan jika ada bibit yang mati maupun bibit yang pertumbuhannya
terhambat. Rumput liar yang mengganggu pertumbuhan bibit juga hrus dihilangkan.
Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit perlu diberi pupuk baik pupuk organik
berupa pupuk kandang dan kompos maupun pupuk anorganik berupa pupuk TSP dan ZK
sesuai dengan dosis dan kadar yang dianjurkan.
5)
Pemindahan Bibit
Umur bibit yang
siap tanam adalah sekitar 2-3 bulan dengan tinggi bibit 30-40 cm. Kegiatan
pemindahan bibit harus memperhatikan kondisi fisik bibit waktu yang tepat
6.2. Pengolahan Media Tanam
1)
Persiapan
Sebelum dilakukan
pengolahan lahan perlu diketahui terlebih dahulu tingkat pH tanah yang sesuai untuk tanaman
duku, yaitu sebesar 6-7. Selain itu kondisi tanah yang akan diolah juga harus
sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman duku yaitu tanah yang mengandung
banyak bahan organik serta airase tanah yang baik.
2)
Pembukaan Lahan
Kegiatan
pembukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti traktor
maupun cangkul. Pembukaan laahan sebaiknya dilakukan pada waktu musim kering
agar pada awal waktu musim hujan kegiatan penanaman dapat dilakukan segera.
3)
Pembentukan Bedengan
Pembentukan
bedengan tidak terlalu diperlukan delam pengolahan lahan untuk tanaman duku,
sehingga bedengan jarang dijumpai pada lahan tanaman duku.
4)
Pengapuran
Kegiatan
pengapuran sangat diperlukan jika kondisi pH tanah tidak sesuai dengan
persyaratan pH tanah untuk tanaman duku. Cara pengapuran dapat dilakukan dengan
penyiraman di sekitar tanaman duku. Jumlah dan dosis pengapuran harus sesuai
dengan kadar yang dianjurkan.
6.3. Teknik Penanaman
1)
Penentuan Pola Tanam
Pohon duku
umumnya di tanam di pekarangan, tetapi sering pula ditanam tumpang sari di
bawah pohon kelapa (di Filipina) atau ditumpang sarikan dengan tanaman lain
seperti pohon manggis dan durian (di Indonesia dan Thailand). Jarak tanam yang
dianjurkan sangat bervariasi dari jarak 8x8 m (kira-kira 150 pohon/ha, di
Philipina) sampai jarak 12x12 m untuk tipe longkong yang tajuknya memencar di
Thailand bagian selatan (50-60 pohon/hektar). Jarak tanam ini ditentukan dengan
memperhatikan adanya pohon-pohon pendampingnya.
Variasi jarak
tanam yang lain adalah ukuran 7x8 m, 8x9 m, 9x9 m, 9x10 m. Namun hal yang perlu
diperhatikan adalah jarak tanam harus cukup lebar, karena jika tanamannya sudah
dewasa tajuknya membutuhkan ruangan yang cukup luas. Salah satu variasi
tersebut dapat diterapkan tergantung kondisi tanah terutama tingkat
kesuburannya. Seandainya diterapkan jarak tanam 10x10 m, berarti untuk lahan
yang luasnya satu hektar akan dapat ditanami bibit duku sebanyak 100 pohon.
2)
Pembuatan Lubang Tanam
Setelah jarak
tanam ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan lubang tanam. Waktu
yang terbaik untuk membuat lubang tanam adalah sekitar 12 bulan sebelum
penanaman bibit. Lubang tanam minimal yang dibuat adalah berukuran 0,6 x 0,6 x
0,6 meter. Namun akan lebih baik apabila ukurannya lebih besar yaitu 0,8 x 0,8
x 0,7 meter. Jika bibit duku yang akan ditanam berakar panjang (bibit dari
biji), maka lubang yang dibuat harus lebih dalam. Tetapi jika bibit duku
berakar pendek (bibit hasil cangkok), penggalian lubang diusahakan lebih lebar
dan lebih luas.
3)
Cara Penanaman
Penanaman bibit
duku sebaiknya menunggu sampai tanah galian memadat atau tampak turun dari
permukaan tanah sekitarnya. Sebelum penanaman dilakukan, maka tanah pada lubang
tanam digali terlebih dahulu dengan ukuran kira-kira sebesar kantung yang
dibuat untuk membungkus bibit. Setelah itu pembungkus bibit dibuka dan tanaman
dimasukkan dlam lubang tanam. Hal yang perlu diperhatikan adalah posisi akar
tidak boleh terbelit sehingga nantinya tidak mengganggu proses pertumbuhan.
Pada saat penanaman bibit, kondisi tanah harus basah/disiram dahulu.
Penanaman bibit
duku jangan terlalu dangkal. Selain itu permukaan tanah yang dibawa oleh bibit
dari kantung pembungkus harus tetap terlihat. Setelah bibit tanam, maka tanah
yang ada disekitarnya dipadatkan dan disiram dengan air secukupnya. Disekitar
permukaan atas lubang tanam dapat diberi bonggol pisang, jerami, atau
rumput-rumputan kering untuk menjaga kelembaban dan menghindari pengerasan
tanah.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1)
Penjarangan dan Penyulaman
Kegiatan
penjarangan pada dasarnya adalah untuk mengurangi persaingan antara tanaman
pokok (tanaman duku) dan tanaman lain (tanaman pelindung). Persaingan yang
terjadi adalah untuk mendapatkan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang
tumbuh. Tanaman selain duku yang dijarangi sebaiknya merupakan tanaman yang
memang tidak dikehendaki dan menggangu pertumbuhan tanaman duku.
Penyulaman
tanaman duku juga perlu dilakukan jika ada tanaman duku yang mati. Tumbuhan
liar atau gulma juga harus dibersihkan secara rutin. Radius 1-2 meter dari
tanaman duku harus bersih.
2)
Penyiangan
Kegiatan
penyiangan diperlukan untuk menghilangkan rumput dan herba kecil yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman duku. Penyiangan dapat dilakukan dengan tangan
maupun dengan bantuan beberapa alat pertaniannya lainnya.
3)
Pemupukan
Pemupukan sangat
diperlukan untuk meningkatkan ketersediaan hara tanah. Meskipun tidak ada
pedoman baku untuk pemupukan duku, tetapi agar tidak membingungkan dapat
menggunakan patokan sebagai berikut:
a)
Tahun kedua dan ketiga untuk setiap pohon duku
bisa diberikan pupuk 15-30kg pupuk organik, urea 100 gram, TSP 50 gram dan ZK
20 gram.
b)
Tahun keempat, kelima dan keenam, dosis pupuk
dinaikan menjadi 25-40 kgpupuk organik,
urea 150 gram, TSP 60 gram dan juga pupuk ZK sebanyak 40 gram.
c)
Tahun-tahun berikutnya dosis pupuk dinaikkan
lagi. Namun pemberian pupuksebaiknya disesuaikan pula dengan tingkat
pertumbuhan tanaman duku dan kesuburan tanah.
Pemupukan duku
dilakukan dengan cara menggali tanah di
sekitar tanaman duku sedalam 30-50 cm dengan lebar yang sama. Lubang pupuk
tersebut dibuat melingkar yang letaknya tepat disekeliling tajuk tanaman.
4)
Pengairan dan Penyiraman
Tanaman duku
hanya memerlukan pemberian air yang cukup terutama pada musim kemarau. Selain
itu juga tanaman duku sudah cukup kuat dan kokoh maka penyiraman dilakukan
seperlunya saja. Di sekitar lubang tanam sebaiknya dibuat saluran air untuk
mencegah air yang tergenang baik yang berasal dari hujan maupun air penyiraman.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1)
Kelelawar
Buah duku yang
diincar kelelawar adalah buah duku yang matang dan siap dipanen. Pengendalian: untuk mencegah gangguan
kelelawar ini adalah dengan membungkus buah duku sejak buah itu berukuran
kecil. Bahan pembungkus dapat berupa ijuk tanaman aren, kain bekas, bongsang
yang terbuat dari anyaman bambu.
2)
Kutu perisai (Asterolecantium
sp.)
Hama ini
menyerang daun dan batang duku. Pengendalian:
(1) dengan cara pemeliharaan dan perawatan tanaman sebaik mungkin; (2)
menggunakan insektisida yang sesuai dengan jenis hama yang mengganggunya.
3)
Kumbang penggerak buah (Curculio sp.)
Gejala: menyerang buah duku yang sudah matang,
sehingga buah duku berlubang dan busuk bila air hujan masuk ke dalamnya. Pengendalian: sama kutu perisai.
4)
Kutu putih (Psedococcus
lepelleyi)
Hama yang
menutupi kuncup daun dan daun muda buah duku. Pengendalian:
sama kutu perisai.
7.2. Penyakit
1)
Penyakit busuk akar
Merupakan
penyakit yang berbahaya karena menyerang pohon dan buah duku. Pengendalian:
(1) dengan pemeliharaan tanaman yang baik; (2) disemprot dengan fungisida
sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.
2)
Penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosporiods)
Gejala:
adanya bintik kecoklatan pada rangkaian buah, serangan ini menyebabkan buah
berguguran lebih awal dan juga menyebabkan kerugian pasca panen. Pengendalian:
(1) dengan pemeliharaan tanaman yang baik; (2) disemprot dengan fungisida
sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.
3)
Penyakit mati pucuk
Penyebab:
cendawan Gloeosporium sp. menyerang
ujung cabang dan ranting yang nampak kering. Pengendalian: (1) dengan
pemeliharaan tanaman yang baik; (2) dilakukan dengan disemprot dengan fungisida
seperti Manzate, Zerlate, Fermate, Dithane D-14 atau pestisida lain. Dosis
untuk obat pemberantasan penyakit ini harus disesuaikan dengan anjuran pada
label masing-masing obat.
7.3. Gulma
Adanya gulma
seperti rumput liar dan alang-alang dapat menghambat pertumbuhan tanaman duku.
Gulma ini harus dihilangkan dengan cara penyiangan dan untuk mencegah gulma ini
dapat digunakan obat-obatan kimia.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umur tanaman duku
dapat mencapai 300 tahun atau lebih, tergantung dari sifat atau jenisnya, cara
pemeliharaan dan kondisi lingkungan tempat tumbuh. Produktivitas buahnya yang
siap panen juga sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Buah duku yang
siap dipanen biasanya kulit buah berwarna kuning kehijau-hijauan bersih dan
bahkan telah menjadi kuning keputih-putihan serta buah agak lunak. Tandatanda
lainnya adalah getah pada kulit buahnya sudah tampak berkurang atau tidak ada
getah sama sekali pada kulit buah duku, jika buah masih berwarna hijau berarti
buah belum matang dan tidak siap dipanen.
Tanaman duku yang
diperbanyak dengan biji, biasanya mulai berbunga sekaligus berbuah pada umur
tanaman 12 tahun bahkan lebih. Sedangkan untuk tanaman duku yang pembibitannya
secara vegetatif seperti pencangkokkan atau sambungan dapat berbuah lebih cepat
yaitu pada umur 8 tahun.
8.2. Cara Panen
Buah duku biasanya
dipanen dengan cara dipanjat pohonnya dan dipotongi tandan– tandan buahnya yang
matang dengan pisau atau gunting pangkas. Hendaklah berhati-hati agar tidak
melukai bagian batang tempat menempelnya gagang tandan, sebab perbungaan
berikutnya juga akan muncul disitu juga.
Kenyataannya,
daripada memanjat pohonnya lebih baik menggunakan tangga, sebab tindakan
demikian akan mengurangi kerusakan kuncup-kuncup bunga yang masih dominan.
Diperlukan 4 atau 5 kali pemanenan sampai semua buah habis dipetik dari pohon.
Hanya pemetikan buah yang matang, yang ditaksir dari perubahan warna, yang akan
sangat memperbaiki kualitas buah. Umumnya buah yang berada dalam satu tandan
akan matang hampir bersamaan, tetapi jika proses pematangan tidak bersamaan,
akan sangat menyulitkan pemanenan. Buah duku harus dipanen dalam kondisi
kering, sebab buah yang basah akan berjamur jika dikemas.
8.3. Periode Panen
Pada umumnya,
tanaman duku mulai berbunga sekitar bulan September dan Oktober setiap tahunnya
dan buahnya yang masak mulai dapat dipungut setelah 6 bulan kemudian sejak
keluarnya bunga, yaitu sekitar bulan Februari atau Maret. Penyerbukan bunga
duku biasanya terjadi secara silang oleh perantaraan serangga seperti lebah
madu, walupun penyerbukan sendiri sering pula terjadi. Masa keluarnya bunga duku
yang pertama tergantung pada kondisi lingkungan dan sifat/jenis dari tanaman
duku tersebut.
Musim panen duku
pendek sekali, buah langsat matang sedikit lebih awal dari buah duku. Di daerah
tertentu tipe buah duku-langsat menghasilkan 2 kali panen pertahun (walupun
tidak jelas apakah masing-masing pohon berbuah lebih dari sekali setiap
tahunnya), dan waktu panen itu juga bervariasi untuk berbagai daerah, sehingga
di pasar-pasar induk buah duku dapat diperoleh selama 4 bulan (di Thailand dan
Filiphina pada bulan Juli sampai Oktober) sampai 8 bulan (di Semenanjung
Malaysia pada bulan Juni sampai Februari).
8.4. Prakiraan Produksi
Hasil Panen buah
duku agak bervariasi. Suatu kecenderungan adanya 2 kali berbuah telah
dilaporkan di Filiphina. Pohon duku yang berumur 10 tahun dapat menghasilkan
40-50 kg, buah duku meningkat menjadi 80–150 kg pada umur pohon 30 tahun, hasil
maksimumnya menurut laporan yang ada mencapai 300 kg per pohon. Angka-angka
mengenai luasan lahan dan produksi tersebut di atas jika dihitung menjadi hasil
rata-rata akan diperoleh angka 2,5 ton per hektar untuk negara Filiphina
dibandingkan dengan 3,6 ton per hektar untuk langsat dan 5,6 ton per hektar
untuk duku di Thailand.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah buah
dipanen, maka buah duku tersebut dikumpulkan disuatu tempat yang kering dan
tidak berair.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Dalam skala usaha
komersial, buah duku yang sudah dipanen sudah barang tentu harus disortir
terlebih dahulu. Sortasi terutama dilakukan berdasarkan ukuran besar kecilnya
buah duku, sekaligus membuang buah yang busuk atau cacat dan menyingkirkan
tandannya. Buah duku tidak biasa dijual bersama dengan tandannya, karena ada
orang yang senang membeli buah duku tanpa disertai tandannya.
9.3. Penyimpanan
Duku merupakan
buah yang sangat mudah rusak karena kulit buahnya akan berubah menjadi coklat
dalam 4 atau 5 hari setelah dipanen. Buah dapat dibiarkan dipohonnya selama
beberapa hari menunggu sampai tandan-tandan lainnya juga matang, tetapi walau
masih berada dipohonnya buah-buah itu tetap berubah menjadi coklat dan dalam
waktu yang pendek tidak akan laku dijual di pasar. Sehingga diperlukan adanya
proses penyimpanan dalam kamar pendingin dengan suhu 150 C dan
kelembaban nisbi 85-90 % dapat memungkinkan buah bertahan sampai 2 minggu, jika
buah-buah itu direndam dulu dalam larutan Benomil.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Buah duku mudah
sekali mengalami kerusakan yang tidak berbeda dengan buahbuahan lain pada
umumnya. Untuk mengatasi kemungkinan adanya kerusakan pada buah duku, terutama
kerusakan pada waktu perjalanan, maka buah duku itu harus dikemas sedemikian
rupa dengan menggunakan kemasan yang kuat. Jenis kemasan yang paling baik untuk
buah duku adalah peti kayu. Ukuran kemasan jangan terlalu kecil atau besar,
tetapi sebaiknya berukuran lebih kurang 30 x 30 x 50 cm yang dapat memuat buah
duku sekitar 20 kg per peti. Setelah buah duku dikemas dalam kemasan yang baik
maka kemasan itu dikumpulkan pada suatu tempat atau gudang untuk kemudian
diangkut dengan alat transportasi.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.