1. SEJARAH SINGKAT
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih
kesamping dan warna putih kehitaman atau berwarna merah. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan
danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di
lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang
beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai oleh
berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap
merah.
Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian
dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh
Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah
melalui Direktur Jenderal Perikanan.
2.
SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia ikan nila telah dibudidayakan di seluruh
propinsi.
3. JENIS
Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Kelas
|
:
|
Osteichthyes
|
Sub-kelas
|
:
|
Acanthoptherigii
|
Crdo
|
:
|
Percomorphi
|
Sub-ordo
|
:
|
Percoidea
|
Famili
|
:
|
Cichlidae
|
Genus
|
:
|
Oreochromis
|
Spesies : Oreochromis niloticus.
Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila
merah (nirah) dan nila albino.
4.
MANFAAT
Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
5. PERSYARATAN LOKASI
a) Tanah yang baik untuk kolam
pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,tidak berporos. Jenis tanah
tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat
dibuat pematang/dinding kolam.
b) Kemiringan tanah yang baik
untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%untuk memudahkan pengairan kolam
secara gravitasi.
c) Ikan nila cocok dipelihara
di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
d) Kualitas air untuk
pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dantidak tercemar
bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang
disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila
kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat
berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung
Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan.
Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur
dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak,
angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
e) Debit air untuk kolam air
tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenangdan bersih, karena ikan nila
tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
f) Nilai keasaman air (pH)
tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5.
Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara
7-8.
g) Suhu air yang optimal
berkisar antara 25-30 derajat C.
h) Kadar garam air yang disukai
antara 0-35 per mil.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam
Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha
budidaya ikan nila tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2
kolam dlsb).
Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam
budidaya ikan nila antara lain:
a) Kolam pemeliharaan
induk/kolam pemijahan
Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam
sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan
kolam induk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam pemijahan adalah
suhu air berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam
sebaiknya berpasir.
b) Kolam pemeliharaan
benih/kolam pendederan
Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi.
Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter
persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu,
pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
c) Kolam pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk
memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya
dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:
1. Kolam pembesaran tahap I
berfungsi untuk memelihara benih ikanselepas dari kolam pendederan. Kolam ini
sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter
persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen,
sebab benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi
gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung
dijual kepada pera petani.
2. Kolam pembesaran tahap II
berfungsi untuk memelihara benihgelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam
tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring
1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10
ekor/meter persegi.
3. Pembesaran tahap III
berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukankolam tanah antara 80-100 cm
dengan luas 500-2.000 meter persegi.
d) Kolam/tempat pemberokan
Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring
apung, berupa Hapa berukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm.
Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang
sedang diberokan dapat dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih
ikan nila. Sebelum digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat menampung
air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 11,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.
2) Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan
ikan nila diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari
jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser,
ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar
(kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur
kadar kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk
memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan
panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan
ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak
dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa
dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang
untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok
(untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas),
anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap
ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu
keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring
berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3) Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan
penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan,
pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan
adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk
memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi
pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis
50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea
dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
6.2. Pembibitan
1) Pemilihan Bibit dan Induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai
berikut:
a) Mampu memproduksi benih
dalam jumlah yang besar dengan kwalitasyang
tinggi.
b) Pertumbuhannya sangat cepat.
c) Sangat responsif terhadap
makanan buatan yang diberikan.
d) Resisten terhadap serangan
hama, parasit dan penyakit.
e) Dapat hidup dan tumbuh baik
pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
f) Ukuran induk yang baik untuk
dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih perekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan
induk betina adalah sebagai berikut: a) Betina
1. Terdapat 3 buah lubang pada
urogenetial yaitu: dubur, lubangpengeluaran telur dan lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna
kemerah-merahan pucat tidak jelas.
3. Warna perut lebih putih.
4. Warna dagu putih.
5. Jika perut distriping tidak
mengeluarkan cairan.
b) Jantan
1. Pada alat urogenetial
terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubangsperma merangkap lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna
kemerah-merahan terang dan jelas.
3. Warna perut lebih
gelap/kehitam-hitaman.
4. Warna dagu kehitam-hitaman
dan kemerah-merahan.
5. Jika perut distriping
mengeluarkan cairan.
Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur
secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam meningkat. Disamping itu, ikan nila
yang sedang beranak lambat pertumbuhan sehingga diperlukan waktu yang lebih
lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang diharapkan.
Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka
dikembang metode kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih
jantan saja yang dipelihara karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat dan
ikan nila betina. Ada empat cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan
yaitu: a) Secara manual (dipilih)
b) Sistem hibridisasi
antarjenis tertentu
c) Merangsang perubahan seks
dengan hormon
d) Teknik penggunaan hormon seks
jantan ada dua cara.
1. Perendaman
2. Perlakuan hormon melalui
pakan
2) Pembenihan dan Pemeliharaan Benih
Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah
:
a) Memelihara dan memijahkan
induk ikan untuk menghasilkan burayak(anak ikan).
b) Memelihara burayak
(mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yanglebih besar.
Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang
berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih.
Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut induknya disebut "benih
kebul". Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil,
yang disebut juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih kecil
dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1 minggu
akan dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benih ini
disebut gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3 minggu, ukurannya ± 5
cm. Gelondongan kecil dipelihara di tempat lain lagi selama 11,5 bulan. Pada
umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih
ini disebut gelondongan besar.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan.
Dasar kolam dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan
dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai
teriadi kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang
saringan pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk
memperbaiki pH tanah dan memberantas hamanya. Untuk mi dipergunakan kapur tohor
sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas, Ca 0). Kalau dipakai kapur
pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha. Pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan
tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di depan pintu air
pemasukan agar bila diairi dapat tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2
ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan
dibiarkan 2-3 hari agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 80100 cm.
Kini kolam siap untuk ditebari induk ikan.
1) Pemupukan
Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea
dan TSP), serta kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan
standar yang ditentukan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan
tingkat kesuburan di tiap daerah.
Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam
harus dipersiapkan dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian
dasar kolam dicangkul dan diratakan.
Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak
100-150 kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi
7,0-8,0 dan juga dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi
pupuk organik sebanyak 300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP juga diberikan
sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dan
ditebarkan merata di dasar kolam.
Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan
dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur
dengan tanah. Han kelima air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm.
Setelah sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan. Pada saat itu
fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan warna air kolam
menjadi kuning kehijauan. Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme
renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan
sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75100 cm. Pemupukan
susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah
mulai habis.
Pupuk susulan ini menggunakan pupuk organik sebanyak
500 kglha. Pupuk itu dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam
keranjang bambu. Kemudian keranjang diletakkan di dasar kolam, dua bush di kin
dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Sedangkan yang dua keranjang lagi
diletakkan di sudut-sudut kolam.
Urea dan TSP masing-masing sebanyak 30 kg/ha
diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil agar pupuk
sedikit demi sedikit. Kantong pupuk tersebut digantungkan sebatang bambu yang
dipancangkan di dasar kolam. Posisi ng terendam tetapi tidak sampai ke dasar
kolam. Selain pukan ulang. ikan nila juga harus tetap diberi dedak dan katul.
pemupukan di atas dapat dilakukan untuk kolam air tawar, payau atau sawah yang
diberakan.
2) Pemberian Pakan
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton,
zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput,
jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan
nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang
mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%.
Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam
pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan
daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air
seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3%
berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10
ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh
dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata
ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g.
Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3
kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang
dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut
sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan.
Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.
3) Pemeliharaan Kolam/Tambak
Sistem dan intensitas pemeliharaan ikan nila
tergantung pada tempat pemeliharaan dan input yang tersedia.Target produksi
harus disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya konsumen menghendaki jumlah
dan ukuran ikan yang berbeda-beda. Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat,
yaitu
a) Sistem ekstenslf (teknologi
sederhana)
- Sistem ekstensif merupakan
sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang. Input produksinya sangat
sederhana. Biasanya dilakukan di kolam air tawar. Dapat pula dilakukan di
sawah. Pengairan tergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan biasanya
kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi keluarga
sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini telah dipopulerkan
di wilayah desa miskin.
- Pemupukan tidak diterapkan
secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan yang terbuang, seperti
sisa-sisa dapur limbah pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.).
- Perkiraan pemanenan tidak
tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat dipanen sewaktu-waktu. Hasil
pemeliharaan sistem ekstensif sebenar cukup lumayan, karena pemanenannya
bertahap. Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak
20 ruang berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan
kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat mencapai
1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam menggunakan air sumur.
Penggantian dilakukan seminggu sekali.
b) Sistem semi-Intensif
(teknologi madya)
- Pemeliharaan semi-intensif
dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring apung.
Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah
dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan yang teratur.
- Prasarana berupa saluran
irigasi cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain
itu, penggantian air juga dapat dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di
sawah hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman padi
atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah ukurannya tak
lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara sudah berupa benih
gelondongan besar.
- Budi daya ikan nila secara
semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara monokultur maupun secara
polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi
karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.
- Sistem semi-intensif juga
dapat dilakukan secara terpadu (intergrated), artinya kolam ikan dikelola
bersama dengan usaha tani lain maupun dengan industri rumah tangga. Misal usaha
ternak kambing, itik dan sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran
ternak menjadi pupuk untuk kolam.
- Usaha tani kangkung, genjer
dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi
pupuk dan pakan tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikan
dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.
- Usaha huler/penggilingan
padi mempunyai hasil sampingan berupa dedak dan katul. Oleh karena itu,
sebaiknya dibangun kolam ikan di dekat penggilingan tersebut.
- Hasil penelitian Balai
Penelitian Perikanan sistem integrated dapat menghasilkan ikan sampai 5 ton
atau lebih per 1 ha/tahun.
c) Sistem intensif (teknologi
maju)
- Sistem pemeliharaan intensif
adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern. Produksi ikan tinggi sampai
sangat tinggi disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
- Pemeliharaan dapat dilakukan
di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik. Pergantian air dapat
dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air
yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan lebih.
- Pada usaha intensif, benih
ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain jantan saja. Pakan yang diberikan
juga harus bermutu.
- Ransum hariannya 3% dan
berat biomassa ikan per hari. makanan sebaiknya berupa pelet yang berkadar
protein 25-26%, lemak 6-8%.
Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisinya
sendiri dapat diamati nafsu makan ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan knya
habis dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak habis dalam waktu 5 menit berarti
ikan mendapat gangguan. Gangguan itu berupa serangan penyakit, perubahan
kualitas air, udara panas, terlalu sering diberi pakan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
a) Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian:
menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
b) Ucrit (Larva cybister)
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian:
sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
c) Kodok
Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang
telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
d) Ular
Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan
penangkapan; pemagaran kolam.
e) Lingsang
Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang
jebakan berumpun.
f ) Burung Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit
menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
7.2. Penyakit
a) Penyakit pada kulit
Gejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir.
Pengendalian:
(1) direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan
dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian. (2)
direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5
%.
b) Penyakit pada insang
Gejala: tutup insang bengkak, Lembar insang
pucat / keputihan . Pengendalian: (1) direndam dalam larutan PK (kalium permanganat)
selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan
berulang 3 hari kemudian. (2) direndam dalam Negovon (kalium permanganat)
selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.
c) Penyakit pada organ dalam
Gejala: perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian:
sama dengan di atas.
Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah
timbulnya penyakit dan hama pada budidaya ikan nila:
a) Pengeringan dasar kolam
secara teratur setiap selesai panen.
b) Pemeliharaan ikan yang
benar-benar bebas penyakit.
c) Hindari penebaran ikan
secara berlebihan melebihi kapasitas.
d) Sistem pemasukan air yang
ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintupemasukan air.
e) Pemberian pakan cukup, baik
kualitas maupun kuantitasnya.
f) Penanganan saat panen atau
pemindahan benih hendaknya dilakukansecara hati-hati dan benar.
g) Binatang seperti burung,
siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters)sebagai pembawa penyakit jangan
dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
8. PANEN
Pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan cara: panen total
dan panen sebagian.
a) Panen total
Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam,
hingga ketinggian air tinggal 10 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat
seluas 1 m persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan
dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas
dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan
secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
b) Panen sebagian atau panen
selektif
Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan
yang akan dipanen dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan
menggunakan waring yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan yang
tidak terpilih (biasanya terluka akibat jaring), sebelum dikembalikan ke kolam
sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppm
selama 1 jam.
9. PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan nila dapat dilakukan dengan cara
penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
a) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya
bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut
sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
1. Dalam pengangkutan gunakan
air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajatC.
2. Waktu pengangkutan hendaknya
pada pagi hari atau sore hari.
3. Jumlah kepadatan ikan dalam
alat pengangkutan tidak terlalu padat.
b) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun
kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara
lain:
1. Penangkapan harus dilakukan
hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
2. Sebelum dikemas, ikan harus
dicuci agar bersih dan lendir.
3. Wadah pengangkut harus
bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarakdekat (2 jam perjalanan), dapat
digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk
pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas
kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
3. Ikan diletakkan di dalam
wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C. Gunakan es berupa potongan
kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak
dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini
setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan
dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.
c) Sedangkan hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
1) Benih ikan harus dipilih
yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu,
benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau
keramba (sistem terbuka).
2) Air yang dipakai media
pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik
lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
3) Sebelum diangkut benih ikan
harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak
yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat
dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak
pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran
3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
4) Berdasarkan lama/jarak
pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak
memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba
dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor
benih ukuran 3-5 cm.
2. Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan
waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media
pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O
sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong
plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih; (3)
hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan
oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan
rongga (air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik
dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang
berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah
kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih
sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
- Siapkan larutan tetrasiklin
25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
- Buka kantong plastik,
tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar
perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
- Pindahkan benih ikan ke
waskom yang berisi larutan tetrasiklin
selama 12 menit.
- Masukan benih ikan ke dalam
bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain
itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari
berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4
sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
- Setelah 1 minggu dikarantina,
tebar benih ikan di kolam budidaya.
Demikian sekilas mengenai bagaimana cara budidaya Ikan Nila menurut biksen akuaponik
Terimakasih sudah berkunjung ke biksen akuaponik
Silahkan di baca juga artikel-artikel lainnya
Dan jangan lupa follow biksen akuaponik yaa
Salam sehat untuk kita semua
Asslamualaikum wr. wb
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.